Hal-hal unik tak bisa terhindarkan dalam suatu hubungan. Kau tahu; melakukan kegiatan yang menjadi hobi bersama, tawa bersama atas kejadian lucu, pertengkaran karena sesuatu yang sepele diikuti pelukan hangat yang menenangkan, obrolan-obrolan malam ditemani secangkir coklat hangat, dan kecupan lembut di kening serta di bibir.
Ya, hidup kadang tak terduga. Satu orang asing hadir, mengobrak-abrik isi kepalamu, lalu hidupmu tidak lagi menjadi seutuhnya milikmu. Ia datang, mengubah 'kau' menjadi 'kita'. Selayaknya 'kita', kau tak akan lagi sendiri. Kau akan melakukan kegiatan-kegiatan bodoh bersama dengan dia. Kau akan berbagi tawa dan peluk dengannya, merasa nyaman berdua. Kau akan benar-benar menyayanginya.
Namun seiring waktu, salah satu di antara kau dan dia akan pergi. Perlahan-lahan, hal berharga yang sudah kalian lakukan menjadi tidaklah lagi dirasa berharga. Bosan, berbeda keyakinan, tidak lagi diperhatikan, tidak lagi merasa nyaman, hadirnya cinta yang baru, atau lainnya, semua bisa menjadi alasan. Semudah itu, kalimat 'maaf, aku rasa kita tidak bisa lagi bersama' mengakhirinya.
Lagi.
Dari orang asing, kembali menjadi orang asing.
Sayangnya, walau kini sendiri, kenangan tentangnya akan selalu ada. Ia menjadi hantu, tinggal di sudut-sudut hati yang tak terurus. Dan tetap begitu, hingga kau menemukan orang asing lainnya yang mampu mengusir hantu-hantu kenangan tersebut dan menjadi penghuni baru ruang hatimu.
Dan tentang perjalanan ini, apa kau benar-benar tahu? Maksudku, apa kau pernah menengok ke belakang dan memahami satu demi satu apa yang sudah kau lakukan? Bagaimana kau dan dia bertemu? Bagaimana kau dan dia saling jatuh cinta dan saling memperjuangkan? Bagaimana kau dan dia memutuskan untuk berpisah?
***
I. Pertemuan
"Bagaimana kalian bertemu?"
Selalu ada jawaban menarik dari pertanyaan di atas. Oleh konspirasi semesta, dua orang yang tidak saling mengenal bisa saling bertemu di waktu dan tempat yang tidak diduga. Seperti dua orang yang sedang sama-sama bosan menunggu teman di dalam coffee shop, lalu salah seorang menanyakan jenis kopi apa yang baru saja ia pesan, dan obrolan hangat terjadi begitu saja. Atau seperti dua orang yang datang ke suatu pesta ulang tahun, berkenalan karena saling tertarik, dan berlanjut pada obrolan-obrolan malam. Atau seperti dua orang yang berkenalan dan menjadi sahabat, dan beberapa bulan kemudian, yang mereka rasakan bukan lagi rasa nyaman sebagai sahabat, namun rasa sayang sebagai sesuatu yang lebih dari sahabat. Atau yang lebih gila lagi, seperti dua orang saling berkenalan melalui social media karena sama-sama kagum dengan apa yang ia tulis di sana.
Kau dan dia tidak akan pernah tahu pada pukul berapa, di mana, dan dengan cara apa akan dipertemukan. Namun, saat merasakan ada sesuatu yang berbeda saat pertama kali menatapnya, kau pasti tahu. Kau telah jatuh cinta.
II. Pengejaran
Pengejaran? Ya.
Setelah bertemu dengan orang yang tepat, tentunya kau tidak berhenti pada hari itu saja. Kau akan dibuat penasaran. Kau akan meminta kontaknya, mengajaknya untuk keluar makan malam, dan melanjutkan obrolan-obrolan yang sempat tertunda. Kau akan meluangkan waktu untuk sekedar pergi bersamanya atau menghabiskan waktu dengannya di telepon. Kau akan membuka akun Twitternya, dan seperti penguntit, mencari tahu apa saja yang sedang ia lakukan dan ia rasakan. Kau tidak bisa berhenti memikirkannya.
Jika waktu dirasa sudah tepat, kalimat sederhana "Kamu mau jadi pacarku?" diikuti dengan "Ya" akan mengubah detail kecil. Kau dan dia resmi memiliki hubungan.
III. Bulan Madu
Mereka bilang, honeymoon adalah tahap yang paling menyenangkan.
Sebagai pasangan baru, kau dan dia selalu ingin menghabiskan waktu berdua. Kau dan dia selalu mencoba mengekspresikan rasa sayang kepada pasangan. Pelukan dan kecupan senantiasa menemani hari-harimu. Tawa dan bahagia tentu selalu ada di sampingmu. Rasa-rasanya, kau tidak ingin pernah melepaskannya.
Ingat lagi, saat kau masih bersama dengannya.
Apa saja yang sudah kau lakukan? Bagaimana kau dan dia tertawa bersama atas sesuatu yang menurut orang lain tidak begitu lucu? Bagaimana sebuah pelukan darinya sanggup menenangkan pikiranmu yang dipenuhi penat? Bagaimana sebuah chat darinya sanggup membuat senyummu tak berhenti terukir? Bagaimana hari-hari itu terasa begitu menyenangkan? Apa yang kau rasakan? Bahagia?
Namun, seperti pasangan pada umumnya. Setelah beberapa bulan, kau akan jenuh.
IV. Jenuh
Sebagai pasangan yang usai berbulan madu, kau dan dia akan menjalani hari-hari yang bisa dibilang... biasa saja. Kesibukan yang menuntutmu ada akan menggusur waktu-waktu kalian sebagai pasangan. Selanjutnya, kau tidak hanya nyaman sebagai sebuah pasangan, tetapi juga nyaman sebagai diri sendiri. Kau akan mengeksrepsikan dirimu lebih, bukan lagi afeksi. Euphoria yang sudah berlalu akan digantikan oleh hari-hari normal sebagai pasangan normal. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang tak terlihat kini semakin jelas ada.
Sebut saja, sikap tak acuh.
Yang awalnya segera mengangkat telepon darinya, akan semakin ditunda-tunda. Yang awalnya meluangkan waktu untuknya, sekarang lebih memilih sibuk dengan dunianya sendiri. Yang awalnya selalu bersemangat mengajak dia pergi, kini lebih mengutamakan pergi bersama sahabat.
Sikap tak acuh menumbuhkan jarak.
Beruntung bagi mereka yang memiliki toleransi kepada pasangan. Bagi yang tidak?
Seiring waktu, jarak itu akan semakin jelas. Kau akan lupa apa yang dulu membuatmu dengannya tertawa bersama. Kau akan lupa mengapa kalian sanggup mengalah demi dia. Kau akan lupa bagaimana kalian melakukan apa saja untuk saling memperjuangkan. Kau dan dia akan menjauh.
V. Jauh
Kau dan dia akan menjauh.
Dua senyum yang menjadikannya tawa tak lagi terukir. Pelukan hangat yang menemani dingin malammu tak lagi hadir. Dan semua itu, hanya akan digantikan oleh mata yang mulai berair.
Kau tak bisa melakukan apa-apa selain turut hanyut dalam jenuh. Kau hanya sanggup menunggu dalam ketidaktentuan, tanpa sadar kakimu melangkah jauh perlahan. Setelahnya, kau dan dia akan sama-sama mengerti, sebuah 'kita' telah mati.
Jarak yang terjauh bukanlah dua yang dipisahkan daratan ataupun lautan.
Jarak yang terjauh bukanlah ucapan rindu yang hanya sanggup terdengar dari seberang sana.
Jarak yang terjauh bukanlah lengan yang tak lagi bersama merengkuh senja.
Jarak yang terjauh ialah hati yang tak lagi dekat.
VI. Pergi
Perasaan itu telah mati. Lalu, kau memutuskan untuk pergi.
Kau memilih untuk berpisah darinya. Kau memilih untuk berhenti memperjuangkan apa yang sudah kau dan dia miliki. Kau tetap memilih pilihan ini meski kata-kata "aku menyayangimu" darinya tidak akan lagi kau dengar. Kau tetap memilih pilihan ini meski peluknya masih bisa menjernihkan pikiranmu. Kau mengambil segala resiko untuk pergi karena kau rasa dia tidak lagi dia yang dulu. Kau rasa dekapnya tidak lagi sehangat yang dulu. Kau rasa cintanya tidak lagi setulus yang dulu. Kau rasa seharusnya semua tetaplah sama seperti yang dulu.
Ya, yang dulu.
Kau merindukan 'kita' yang dulu. Semua terasa bahagia setiap kau menengok ke belakang. Kau mengingat-ingat kembali tentang kau dan dia. Lalu, kau menjejakkan kakimu di masa sekarang. Kau coba membandingkan apa yang sudah kalian lakukan saat ini dengan yang dulu. Tanpa kau sadari, setetes air mata jatuh membasahi pipimu. Kau menangis, deras.
Kau pergi, begitu pun dia; membawa kisah kasih berlalu.
Namun, tidak semudah itu.
Kenangan berusaha mengejarmu. Ia mencoba mencekik lehermu, membuatmu sesak dengan ingatan tentang kau dan dia. Kau mencoba berlari, tetapi kau tak sanggup. Kau terlambat menghindar, membuat tubuhmu diterjang serpihan-serpihan luka. Kau dibunuh rindu.
Kau tahu, sebenarnya kau menikmatinya. Kau menikmati setiap kali memori tentangnya singgah di kepala. Kau menikmati setiap kali bayangnya hadir merengkuh dirimu. Kau menikmati pilu yang ada setiap kali kau mendambakan sosoknya.
Kau menginginkannya kembali.
Tetapi, kau sudah memilih untuk pergi. Selayaknya orang yang pergi, tidak seharusnya kau tiba-tiba kembali. Kau dan dia sudah memutuskan untuk pergi, kembali menjadi orang asing.
Lalu, dia akan bertemu dengan seseorang yang baru. Dia akan jatuh cinta lebih dulu, membenahi ruang hatinya yang berantakan, dan mengulangi siklus sama seperti ini.
Kau? Kau akan patah hati, kemudian menunggu. Menunggu waktu menyembuhkan lukamu; menunggu orang yang tepat hadir merapikan pecahan-pecahan hatimu.
Sesederhana itu, kau jatuh cinta dan patah hati.
Kau jatuh cinta kepada orang yang dulunya sama sekali asing bagimu.
Kau patah hati karena orang itu meninggalkanmu, kembali menjadi asing bagi hatimu.
***
Semoga setelah ini, kau akan lebih menghargai sebuah hubungan. Bukan semata-mata karena parasnya yang cantik, lalu kau menginginkannya. Bukan semata-mata karena bahagia sudah tak lagi dirasa, kau pergi meninggalkannya.
Kau tak akan tahu kapan dan di mana kau akan bertemu dengannya.
Kau tak akan tahu bagaimana dan dengan cara apa kau akan berpisah dengannya.
Yang kau tahu hanyalah, dia orang yang tepat untuk kau perjuangkan.
Dan sisanya, adalah kisah menarik untuk kalian tulis bersama.
Bersiaplah jatuh cinta.