Saturday, December 29, 2012

Kamu, Film, dan Senyum Yang Tak Kunjung Hilang



"Jadi, bagaimana filmnya? Bagus kan..."
"Biasa saja."
"Kamu tuh, semua-semua dibilang biasa."
"Iya biasa, kisah pertemanan antar 5 sahabat dengan roman di sana-sini dan ending yang mudah ditebak."
"Baiklah Tuan Peramal, kalau menebak film bisa, kenapa menebak isi hati perempuan tidak bisa?"
"Dua pernyataan yang tidak berkorelasi, Nona Ingin Tahu."
"Jangan menghindar."
"Aku sayang kamu."
"Gampar nih."
"Hahaha... tapi teknik pengambilan gambarnya keren."
"Iya. Aku jadi ingin naik gunung."
"Okay. Selain cantik, berpipi bulat, dan mudah teralihkan, kamu juga mudah terpengaruh film ya?"
"Iya. Dan menyebutku cantik tidak cukup untuk membuat aku memaafkanmu."

Rena menjitak kepalaku pelan. Suasana teater yang mulai sepi, seketika ramai karena tawa kami berdua. Beberapa orang yang sedang mengantri melirik kami. Perempuan mungil dengan kemeja motif bunga dan rok hitam selutut, serta laki-laki dengan rambut berantakan dan jaket jeans yang terlihat kumal. Kontras.

Aku tidak peduli. Aku merasa nyaman.

"Film tadi, bagian apa yang paling kamu suka?"
"Nggak tahu."
"Maksudnya?"
"Nggak tahu. Aku kurang menikmati filmnya."
"Yah..."
"Kamu?"
"Banyak. Bagaimana si gendut berjuang demi skripsi dan memutuskan untuk tinggal di Indonesia bersama teman-temannya. Bagaimana yang tinggi, besar, berotot itu bisa mengalahkan rasa gugup dan menyatakan cintanya. Bagaimana... siapa sih namanya, Genta ya? Iya, bagaimana Genta akhirnya mengungkapkan perasaan yang dipendam hampir 10 tahun, walau berujung pada penolakan. Ah iya, dan Zafran. Ganteng."
"Kamu tuh, kalau udah liat cowok ganteng aja..."
"Hahaha. Kamu, kenapa kurang menikmati filmnya?"
"Entahlah. Mungkin ada yang lebih menarik."
"Hah?"
"Aku ke toilet sebentar. Setelah itu makan yuk."

Tanpa menunggu jawaban, aku bergegas meninggalkannya.
  
"Film tadi, bagian apa yang paling kamu suka?"
Sambil mencuci muka, aku memikirkan pertanyaannya barusan.
Aku tersenyum.
Tidak ada yang kuingat betul dari film itu.
Mungkin ada yang lebih mena... Ah, memang ada yang lebih menarik.
Mengenggam tanganmu, membiarkanmu bersandar pada pundakku, dan memperhatikanmu sepanjang film berlangsung.
Mata yang berbinar, tawa setiap hal-hal konyol terjadi, serta senyum itu. Cantik.

Kamu, menarik aku. Mata, juga hatiku.

***

Urip Sumohardjo, 28 Desember

2 comments:

  1. "ada yang lebih menarik"
    memperhatikanmu sepanjang film berlangsung lebih menarik daripada melihat film itu sendiri :D

    ReplyDelete