Nona
Naya,
Bagaimana
keadaanmu? Apa sudah membaik? Aku sangat khawatir ketika kau tak membalas
suratku kemarin.
Nona
Naya,
Maaf
jika aku mengajakmu berjalan di bawah rintik hujan yang kini menyebabkan kau
sakit. Tak seharusnya aku memaksakan ego dan obsesiku kepadamu. Ah iya, aku
lupa mengatakannya. Aku memiliki obsesi aneh tentang hujan. Ada sesuatu yang mistis
pada bulir air yang terus jatuh membasahi tempat kita berpijak. Dan aku tak
butuh payung. Aku ingin rintiknya turut membasahiku, membasuh segala lelah di
tubuh. Sebut aku gila, namun ada bahagia yang tak terdeskripsi saat aku
kehujanan. Sungguh, bagiku hujan layaknya sebuah pencucian dosa. Mendamaikan,
membuatku serasa terlahir kembali. Tak hanya itu. Bau tanah setelah hujan juga
begitu menenangkan. Petrichor, Nona, begitu
para penulis menyebutnya di cerita-cerita mereka.
Nona
Naya,
Ada
dua kota di Nusantara yang menurutku sangat, sangat romantis. Pertama, Bandung
tentu saja. Yang kedua, Yogyakarta. Yogyakarta di saat hujan adalah yang paling
indah. Jalanan yang basah, kendaraan yang berlalu lalang, langit yang perlahan
gelap, berkas cahaya lampu jalanan yang membias. Dan sekali lagi, petrichor. Ketika kau memandangi sore
yang menghujan dari balik jendela, kau sadar jika kau tinggal di kota yang
tepat. Kau tidak bisa untuk tidak jatuh cinta dengan Yogyakarta.
Nona
Naya,
Aku
sangat membenci perpisahan. Dan benar, mengantarmu ke halte adalah satu-satunya
yang tidak sempurna pada sore yang sempurna kemarin. Namun tak apa.
Ketidaksempurnaan itu menghadirkan rindu yang teramat. Aku ingin merasa dekat.
Aku ingin merasa hangat. Entah perasaan apa ini namanya, aku tak peduli. Aku
tak bisa dan tak mau mendefinisikannya. Kau benar, aku kompleks. Dengan segala
macam hipotesis dan pemikiran sebelum melangkah, aku tak berani menjamin
apa-apa. Namun bersamamu, logikaku mati. Atau mungkin kah tidak seharusnya aku
senantiasa berpikir dan membuat perencanaan untuk setiap aksi yang kulakukan?
Entahlah. Hanya bersamamu, aku tak lagi takut.
Nona
Naya,
Seperti
yang sudah kau dengar, aku ingin lebih
banyak kita.
No comments:
Post a Comment