Saturday, January 19, 2013

Surat Tanpa Rindu

Berhubung sedang tidak enak badan dan sore nanti harus menghadiri sebuah acara, aku akan menulis surat ini dengan cepat dan tanpa perasaan. Surat ini akan aku tulis seperti surat kebanyakan. Pembuka, isi, serta penutup akan aku susun sedemikian rupa supaya surat ini tidak lagi bersirat rindu.

Jadi, apa kabar? Baik-baik saja, kan? Bagus, berarti Tuhan mendengar doaku.
Aku? Aku rasa aku baik-baik saja. Aku sudah sanggup berdiri tanpamu, jangan pikirkan aku.

Ah, iya. Bagaimana dengan nilai-nilaimu di sekolah? Bagaimana dengan persiapanmu menghadapi ujian akhir April nanti? Kau tahu, aku siap kapanpun kau memintaku untuk mengajarimu. Sudah lama aku tidak berkunjung ke rumahmu. Sudah lama kita tidak mengobrol tentang pelajaran, tingkah teman-teman di sekolah, maupun hal kecil lainnya. Sudah lama aku tidak melihat lukisan-lukisan yang kau sembunyikan dengan rapi seperti kau menyembunyikan pilumu. Sudah lama kita tidak menikmati senja bersama.
Aku dengar, kau sedang tak akur dengan lelakimu. Semoga kalian berdua segera mengucap rindu untuk satu. Aku mendoakan yang terbaik bagi kalian.
Tidak, aku tidak mengganggapnya sebagai celah untuk masuk dalam hidupmu. Kau tidak pernah membukanya. Hati kecilmu sudah penuh akan cinta yang besar kepadanya. Kau betul-betul mencintai lelaki ini. Dan aku, entahlah. Aku masih memimpikanmu.

Baiklah, surat ini aku akhiri saja karena semakin lama, obrolanku semakin tanpa arah.
Semoga bahagia, seperti yang dulu kau janjikan padaku.
Dan tolong tetaplah jaga hatimu. Karena bukan aku yang ada di sisimu. Karena bukan aku simponi rindu lelap tidurmu. Karena bukan aku senja bahagiamu.

Tunggu... Sepertinya aku melanggar janji untuk tidak menyiratkan rindu.
Ya sudah.
Aku merindukan kamu.




Teruntuk kamu,


Penulis Rindu.

No comments:

Post a Comment