Aku baru saja kembali dari sekolah. Ditemani segelas air putih serta Tega milik Glenn Fredly, aku menulis surat ini.
Surat ini tertuju kepadamu. Kepada dua cangkir kopi yang mulai menghambar. Kepada obrolan-obrolan semu tentang masa depan. Kepada peluk hangat yang tidak lagi mendekap erat. Kepada setiap imaji bahagia yang tidak pernah menjadi realita.
Kepada masa lalu.
Jadi, bagaimana rasanya?
Bagaimana rasanya jatuh cinta hanya karena merasa bahagia, lalu pergi meninggalkan ketika bahagia tidak lagi dirasa? Cinta ada, karena ada dua yang menjadikannya satu. Cinta, cita, sayang, kasih, asmara, amor, afeksi, dan segala sinonimnya itu menjadi hidup karena ada kita yang menghidupkan. Dan kau berlalu, menjadi masa lalu. Kau lelah, menyerah.
"...kau bunuh hatiku,
saat ku bernafas untukmu,
kau kebanggaan aku
yang tega menipuku."
Aku tidak bermaksud mendayu-dayu, memintamu untuk kembali, ataupun mengharapmu mencintaiku lagi. Luka yang kau gores sudah begitu fasih mengiris mimpiku. Semuanya sudah menjadi debu, kau tiup bersama asa yang terbang menjauh.
Aku tidak membencimu. Aku meminta kepada Tuhan agar suatu nanti kau bisa memahami, cinta tidak sekedar tentang merasa bahagia. Karena luka ialah bagian dari perjalanan, dan akan benar-benar menjadi duka jika sendiri yang menanggung.
Aku tidak menyalahkan kamu. Merelakanmu menyerah ialah kesalahan fatalku. Ya, aku bersalah, dan kau menyerah. Memang tidak ada yang bisa diperjuangkan sudah.
Surat ini tertuju kepadamu. Namun tidak dengan sayangku.
Maaf, sudah tidak ada kamu dalam semesta rinduku.
Teruntuk kamu,
Desember 2012
Boleh sy mngenalimu?? Sy suka semua tulisanmu :")
ReplyDelete